Definisi Tanah
(Berdasarkan Pengertian yang Menyeluruh)
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan
menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan
penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan
unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan
secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi
aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh,
proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang
produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman
pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
Fungsi
Tanah
1.Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran
2.Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara)
3.Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin,
dan asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti hama; enzim yang dapat
meningkatkan kesediaan hara)
4.Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak
positif karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan
primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena
merupakan hama & penyakit tanaman.
Struktur tanah merupakan sifat
fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang
bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses
pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir,
debu dan liat relatif disusun satu sama lain. Di dalam tanah dengan struktur
yang baik, partikel pasir dan debu dipegang bersama pada agregat-agregat
(gumpalan kecil) oleh liat humus dan kalsium. Ruang kosong yang besar antara
agregat (makropori) membentuk sirkulasi air dan udara juga akar tanaman untuk
tumbuh ke bawah pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan ruangan kosong yang
kecil ( mikropori) memegang air untuk kebutuhan tanaman. idealnya bahwa
struktur disebut granular. Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap
pertumbuhan tanaman terjadi secara langsugung. Struktur tanah yang remah
(ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi
persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang
padat. Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh pada
tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman makanan
ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan
perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan
waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya
intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada
tanah remah. Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal
pada tanah yang berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi
tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti
tanah berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar
untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami
kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak
berkembang dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan
salah satu faktor utama pembentuk agregat tanah.
Kedalaman atau solum, tekstur, dan struktur
tanah menentukan besar kecilnya air limpasan permukaan dan laju penjenuhan
tanah oleh air. Pada tanah bersolum dalam (>90 cm), struktur gembur, dan
penutupan lahan rapat, sebagian besar air hujan terinfiltrasi ke dalam tanah
dan hanya sebagian kecil yang menjadi air limpasan permukaan (longsor). Sebaliknya,
pada tanah bersolum dangkal, struktur padat, dan penutupan lahan kurang rapat,
hanya sebagian kecil air hujan yang terinfiltrasi dan sebagian besar menjadi
aliran permukaan (longsor)
Pembentukan Agregat
Menurut Gedroits (1955) ada dua tingkatan pembentuk
agregat tanah, yaitu:
1.
Kaogulasi koloid tanah (pengaruh Ca2+) kedalam agregat tanah mikro
2.Sementasi (pengikat) agregat mikro kedalam agregat makro.
Teori pembentukan tanh berdasarkan flokulasi dapat terjadi pada tanah yang
berada dalam larutan, misal pada tanah yang agregatnya telah dihancurkan oleh
air hujan atau pada tanah sawah. Menurut utomo dan Dexter (1982) menyatakan
bahwa retakan terjadi karena pembengkakan dan pengerutan sebagai akibat dari
pembasahan dan pengeringan yang berperan penting dalam pembentukan agregat.
Dapat diambil kesimpulan bahwa agregat tanah terbentuk sebagai akibat adanya
interaksi dari butiran tunggal, liat, oksioda besi/ almunium dan bahan organik.
Agregat yang baik terbentuk karena flokuasi maupun oleh terjadinya retakan
tanah yang kemudian dimantapkan oleh pengikat (sementasi) yang terjadi secara
kimia atau adanya aktifitas biologi.
Faktor
yang mempengaruhi pembentukan agregat
1. Bahan
Induk
Variasi penyusun tanah tersebut mempengaruhi pembentukan agregat-agregat tanah
serta kemantapan yang terbentuk. Kandungan liat menentukan dalam pembentukan
agregat, karena liat berfungsi sebagai pengikat yang diabsorbsi pada permukaan
butiran pasir dan setelah dihidrasi tingkat reversiblenya sangat lambat.
Kandungan liat > 30% akan berpengaruh terhadap agregasi, sedangakan
kandungan liat < 30% tidak berpengaruh terhadap agregasi.
2. Bahan
organik tanah
Bahan organik tanah merupakan bahan pengikat setelah mengalami pencucian.
Pencucian tersebut dipercepat dengan adanya organisme tanah. Sehingga bahan
organik dan organisme di dalam tanah saling berhubungan erat.
3. Tanaman
Tanaman pada suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat yang mantap. Akar
tanaman dapat menembus tanah dan membentuk celah-celah. Disamping itu dengan
adanya tekanan akar, maka butir-butir tanah semakin melekat dan padat. Selain
itu celah-celah tersebut dapat terbentuk dari air yang diserp oleh tnaman
tesebut.
4. Organisme tanah
Organisme tanah dapat mempercepat terbentuknya agregat. Selain itu juga mampu
berperan langsung dengan membuat lubang dan menggemburkna tanaman.Secara tidak
langsung merombak sisa-sisa tanaman yang setelah dipergunakan akan dikeluarlan
lagi menjadi bahan pengikat tanah.
5. Waktu
Waktu menentukan semua faktor pembentuk tanah berjalan. Semakin lama waktu
berjalan, maka agregat yang terbentuk pada tanah tersebut semakin mantap.
6. Iklim
Iklim berpengaruh terhadap proses pengeringan, pembasahan, pembekuan,
pencairan. Iklim merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan
agregat tanah.
Macam
macam struktur tanah
1. Struktu tanah berbutir (granular): Agregat yang membulat, biasanya
diameternya tidak lebih dari 2 cm. Umumnya terdapat pada horizon A yang dalam
keadaan lepas disebut “Crumbs” atau Spherical.
2. Kubus (Bloky): Berbentuk jika sumber horizontal sama dengan sumbu vertikal.
Jika sudutnya tajam disebut kubus (angular blocky) dan jika sudutnya membulat
maka disebut kubus membulat (sub angular blocky). Ukuranya dapat mencapai 10
cm.
3. Lempeng (platy): Bentuknya sumbu horizontal lebih panjang dari sumbu
vertikalnya. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara deposisi
(deposited).
4. Prisma: Bentuknya jika sumbu vertikal lebih panjang dari pada sumbu
horizontal. Jadi agregat terarah pada sumbu vertikal. Seringkali mempunyai 6
sisi dan diameternya mencapai 16 cm. Banyak terdapat pada horizon B tanah
berliat. Jika bentuk puncaknya datar disebut prismatik dan membulat disebut
kolumner.
Hadi Utomo, W. 1982. Dasar-Dasr Fisika Tanah. Jurusan Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya: Malang
Porositas
Tanah
Porositas
tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air. Porositas tanah erat
kaitanya dengan tingkat kepadatan tanah (Bulk Density). Semakin padat
tanah berarti semakin sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah semakin
kecil. Sebaliknya semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut memiliki
porositas yang besar. Lalu apa keuntungan kita mengetahui porositas suatu
tanah? Tinggi rendahnya porositas suatu tanah ini sangat berguna dalam
menentukan tanaman yang cocok untuk tanah tersebut.Bila suatu tanah dengan
porositas rendah dalam artian sulit menyerap air, maka bila kita menanam
tanaman yang tidak rakus air, akan sangat menghambat bahkan merusak. Dalam
keadaan air yang lama terserap (hingga tergenang) sementara tanaman yang di
tanam tidak membutuhkan banyak air justru akan menjadikan kondisi lingkungan
mikro di sekitar tanaman menjadi lembab akibatnya akan mempengaruhi
perkembangan penyakit tanaman. Selain itu, tanaman akan mudah rusak bila
tergenang air terlalu lama, karena tanaman tersebut dalam kondisi tercekam
kelebihan air yang dapat menyebabkan pembusukan akar tanaman.
Kerapatan massa jenis tanah atau BV
adalah massa atau berat suatu volume tanah yang mencakup benda-benda padat dan
pori-pori kandungan batuan yang ada dalam tanah memengaruhi kerapatan masa
tanah. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka semakin rendah
kerapatan masa tanah. Pengukuran berat
volume diperlukan sebagai petunjuk untuk mengetahui kepadatan tanah porositas
tanah. Nilai berat volume dipengaruhi oleh tekstur tanah (semakin halus tekstur
tanah, nilai BV semakin besar), kedalaman tanah, kadar bahan organik, berat
jenis, mineral penyusun tanah dan tipe strukturnya.
rumus untuk menghitung BV
BV = BGTKM/VGT
BGTKM=a.100/100+KA gr
VGT= (q-p)-(b-a)/0,87 cm3