KLASIFIKASI TANAH
Salah satu sistem klasifikasi tanah
yang telah dikembangkan Amerika Serikat dikenal dengan nama: Soil Taxonomy
(USDA, 1975; Soil Survey Satff, 1999; 2003). Sistem klasifikasi ini menggunakan
enam (6) kateori, yaitu:
1. Ordo (Order)
2. Subordo (Sub-Order)
3. Grup (Great group)
4. Sub-grup (Subgroup)
5. Famili (Family)
6. Seri.
Ciri Pembeda Setiap Kategori:
1.
Kategori
Ordo Tanah:
Ordo tanah dibedakan berdasarkan ada
tidaknya horison penciri serta jenis (sifat) dari horison penciri tersebut.
Terdiri dari 11 takson. Kategori
diberi akhiran SOL misal Entisol (ENT) arti:darirecent/baru
2.
Kategori
Sub-ordo Tanah:
Sub-ordo tanah dibedakan berdasarkan
perbedaan genetik tanah, misalnya: ada tidaknya sifat-sifat tanah yang
berhubungan dengan pengaruh: (1) air, (2) regim kelembaban, (3) bahan iduk
utama, dan (4) vegetasi. Sedangkan pembeda sub-ordo untuk tanah ordo histosol
(tanah organik) adalah tingkat pelapukan dari bahan organik pembentuknya.
Terdiri dari 53 takson , Terdiri dari 2 suku kata, pertama untuk sifat sub
ordo,kedua untuk nama ordo. Misal: Aquent (aqua=air),(ent=entisol) arti:tanah
baru selalu basah
3.
Kategori
Great Group Tanah:
Great Group tanah dibedakan
berdasarkan perbedaan: (1) jenis, (2) tingkat perkembangan, (3) susunan
horison, (4) kejenuhan basa, (5) regi suhu, dan (6) kelembaban, serta (7) ada
tidaknya lapisan-lapisan penciri lain. Terdiri dari 250 takson Contoh: Cryaquent(kryos=dingin)
(aquent=entisol selalu basah)
4.
Kategori Sub Group Tanah:
Sub Group tanah dibedakan
berdasarkan:
(1) sifat inti dari great group dan
diberi nama Typic,
(2) sifat-sifat tanah peralihan ke:
(a) great group lain, (b) sub ordo lain, dan
(c) ordo lain, serta (d) ke bukan tanah.
Contoh tata nama tanah kategori Sub Group: hapludult (aquult=banyak karatan pada kedalaman25cm.
Contoh tata nama tanah kategori Sub Group: hapludult (aquult=banyak karatan pada kedalaman25cm.
5. Kategori Famili Tanah:
Famili
tanah dibedakan berdasarkan sifat-sifat tanah yang penting untuk pertanian dan
atau engineering, meliputi sifat tanah:
(1)
sebaran
besar butir, (2) susunan mineral liat, (3) regim temperatur pada kedalaman 50
cm.Contoh tata nama tanah pada kategori Famili:
Aquic Fragiudult, berliat halus, kaolinitik, isohipertermik.
(keterangan: Penciri Famili dari tanah ini adalah: (1) susunan besar butir adalah berliat halus, (2) susunan mineral liat adalah didominasi oleh mineral liat kaolinit, (3) regim temperatur adalah isohipertermik, yaitu suhu tanah lebih dari 22 derajat celsius dengan perbedaan suhu tanah musim panas dengan musim dingin kurang dari 5 derajat celsius).
6. Kategori Seri Tanah:
Aquic Fragiudult, berliat halus, kaolinitik, isohipertermik.
(keterangan: Penciri Famili dari tanah ini adalah: (1) susunan besar butir adalah berliat halus, (2) susunan mineral liat adalah didominasi oleh mineral liat kaolinit, (3) regim temperatur adalah isohipertermik, yaitu suhu tanah lebih dari 22 derajat celsius dengan perbedaan suhu tanah musim panas dengan musim dingin kurang dari 5 derajat celsius).
6. Kategori Seri Tanah:
Dalam
penamaan diambil dari nama tempat atau sifat alam.
Contoh:
Sitiung (pertama kali ditemukan di daerah sitiung).
jenis
klasfikasi tanah di Indonesia berdasarkan dudal supratohardjo dalam Soil
Taxonomy
1.Entisol
Ciri-ciri
A. Tanah yang baru berkembang
A. Tanah yang baru berkembang
B. Belum ada perkembangan horison tanah
C. Meliputi tanah-tanah yang berada di atas batuan induk
D. Termasuk tanah yang berkembang dari bahan baru
Mencakup kelompok
tanah alluvial, regosol dan litosol dalam klasifikasi dudal-supratohardjo. Tipe
ini di sepanjang aliran besar merupakan campuran mengandung banyak hara tanaman
sehingga dianggap subur. Tanah Entisol di Indonesia umumnya memberi hasil
produksi padi (misalnya : Kerawang, Indramayu, delta Brantas), palawija, tebu
(Surabaya). Entisol yang berasal dari abu-volkanik hasil erupsi yang
dikeluarkan gunung-gunung berapi berupa debu, pasir, kerikil, batu bom dan
lapili. Selain itu berasal dari gunduk pasir yang terjadi di sepanjang pantai,
misalnya diantara Cilacap dan Parangtritis (selatan Yogyakarta), dan Kerawang.
2.Inceptisol.
Ciri2
:
A. Ada horizon kambik , dimana terdapat horizon penumpukan liat <20% dari horizon diatasnya.
B. Tanah yang mulai berkembang tetapi belum matang yang ditandai oleh perkembangan profil yang lebih lemah.
A. Ada horizon kambik , dimana terdapat horizon penumpukan liat <20% dari horizon diatasnya.
B. Tanah yang mulai berkembang tetapi belum matang yang ditandai oleh perkembangan profil yang lebih lemah.
C, Mencakup
tanah sulfat masam (Sulfaquept) yang mengandung horison sulfurik yang sangat
masam, tanah sawah(aquept) dan tanah latosol.
Daerah
penyebaran tanah jenis ini: Sumatera, Jawa, Kalimantan. Sebagain besar tanah
ini ditanami palawija (jawa) dan hutan/semak belukar (sumatera dan Kalimantan)
3. Ultisol
Ciri-ciri :
A. Kandungan bahan organik, kenjenuhan basa dan pH rendah (pH 4,2-4,8).
B. Terjadi proses podsolisasi: proses pecucian bahan organik dan seskuioksida dimana terjadi penimbunan Fe dan Al dan Si.
A. Kandungan bahan organik, kenjenuhan basa dan pH rendah (pH 4,2-4,8).
B. Terjadi proses podsolisasi: proses pecucian bahan organik dan seskuioksida dimana terjadi penimbunan Fe dan Al dan Si.
C. Bahan induk
seringkali berbecak kuning, merah dan kelabu tak begitu dalam tersusun atas
batuan bersilika, batu lapis, batu pasir, dan batu liat.
D. Terbentuk dalam
daerah iklim seperti Latosol, perbedaan karena bahan induk : Latosol terutama
berasal dari batuan volkanik basa dan intermediate, sedang tanah Ultisol
berasal dari batuan beku dan tuff.
Tanah
yang paling luas penyebarannya di Indonesia: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Papua, dan sebagian Jawa . sebaiknya tanah ini dihutankan atau untuk perkebunan
seperti : kelapa sawit, karet dan nanas.
4. Oxisol
Ciri-ciri
:
A. solum yang dangkal, kurang dari 1 meter
A. solum yang dangkal, kurang dari 1 meter
B. kaya akan seskuioksida yang telah mengalami pelapukan
lanjut
C. adanya horizon oksik pada kedalaman kurang dari 1,5 m
D. susunan horison
A, B, dan C dengan horizon B spesifik berwarna merah kuning sampai coklat dan bertekstur paling halus liat
E. Mengandung konkresi Fe/Mn lapisan kuarsa.
Banyak digunakan
untuk perladangan, pertanian subsisten pengembalaan dengan intensitas rendah,
dan perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas, pisang dan kopi.
5. Vertisol
Ciri-ciri
:
A. Tanpa horizon eluviasi dan iluviasi
A. Tanpa horizon eluviasi dan iluviasi
B. Koefisien mengembang dan mengerut tinggi jika dirubah
kadar airnya
C. Bahan induk basaltic atau berkapur
D. Mikroreliefnya gilgei
E. Konsistensi luar biasa plastis
Di
Indonesia jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak
lebih dari 300 meter di atas muka laut dengan topografi agak bergelombang
sampai berbukit, temperatur tahunan rata-rata 25oC dengan curah hujan kurang
dari 2500 mm dan pergantian musim hujan dan kemarau nyata.Kandungan bahan
organik umumnya antara 1,5-4%. Warna tanah dipengaruhi oleh jumlah humus dan
kadar kapur. Di pulau jawa banyak digunakan untuk lahan pertanian padi sawah.
A.
Memiliki epipedon histik, yaitu epipedon yang
mengandung bahan organik sedemikian banyaknya, sehingga tidak mengalami
perkembangan profil ke arah terbentuknya horison-horison yang berbeda.
B.
Warna coklat kelam sampai hitam, berkadar air tinggi
dan bereaksi asam (pH3-5)
Gambut ombrogen meliputi hampir seperlima Sumatra, meluas sepanjang pantai Malaya, Kalimantan, dan pantai selatan Irian Jaya. Gambut ombrogen juga terdapat di Bangka Selatan, dimana pasir putih bumi mengendap sebelum mencapai laut membentuk berselang berselang-seling daerah deperesi bekas cabang sungai yang di tumbuhi flora khusus.
Gambut topogen terbentuk dalam topografik di rawa-rawa baik di dataran rendah maupun di pegunungan tinggi. Gambut ini meluas di Rawa Lakbok, Pangandaran, Rawa Pening, Jatiroto, Tanah Payau, di Deli (Sumatra) dan danau-danau di Kalimantan Selatan.
Gambut Pangandaran, sebelah selatan Rawa Lakbok juga bersifat eutrof dan topogen.
Gambut ombrogen meliputi hampir seperlima Sumatra, meluas sepanjang pantai Malaya, Kalimantan, dan pantai selatan Irian Jaya. Gambut ombrogen juga terdapat di Bangka Selatan, dimana pasir putih bumi mengendap sebelum mencapai laut membentuk berselang berselang-seling daerah deperesi bekas cabang sungai yang di tumbuhi flora khusus.
Gambut topogen terbentuk dalam topografik di rawa-rawa baik di dataran rendah maupun di pegunungan tinggi. Gambut ini meluas di Rawa Lakbok, Pangandaran, Rawa Pening, Jatiroto, Tanah Payau, di Deli (Sumatra) dan danau-danau di Kalimantan Selatan.
Gambut Pangandaran, sebelah selatan Rawa Lakbok juga bersifat eutrof dan topogen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kalau suka sama blog ini di mohon komentar nya ya,,,,